Selasa, 28 Juni 2011

WASIAT KETUA UMUM SH TERATE PADA MALAM TEMU KADANG DALAM ACARA RAKERNAS SH TERATE 2009

Assalamualaikum wr wb.

Saudara Ketua Cabang SH Terate dari seluruh pelosok tanah air dan saudara-saudaraku Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.

Salah satu tujuan SH Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.

Persaudaraan yang diyakini dan dianut oleh SH Terate adalah, persaudaraan utuh yang didasari rasa saling saying menyayangi, hormat menghotmati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegomoni keduniawian, seperti drajat, pangkat, martabat, persaudaraan yang tidak dibatasi suku, ras, agama dan antargolongan. Yang diyakini SH Terate satu, semua manusia yang ada di muka bumi ini pada dasarnya sama. Di mata Allah, yang dinilai adalah kadar ketakwaannya.

Persaudaraan ini utuh kalau kita ini tidak merasa, aku sing paling kuat, aku sing paling pinter aku sing paling ngerti.Kita dididik penuh kesederhana. Apa yang kita sandang (status,red) itu tidak akan berpengaruh di dalam paseduluran (persaudaraan).

Satu contoh malam hari ini.Siapa pun mereka berangkat dari mana pun, kita-kita ini tidak akan bertanya, he kowe iki sopo. kowe pangkate opo,agamamu opo, sukumu opo (kamu itu siapa, pangkat kamu apa, agama kamu apa, sukumu apa,red) tidak. Itulah saudara. Di sini kita sama, sebagai makhluk Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang sedang ikut berjuangkan mengajarkan dan mengamalkan ajaran budi luhur melalui organisasi paseduluran bernama SH Terate.

Jadi pada malam hari ini, bolehlah panitia mengatakan malam temu kadang. Ketemu dulur-dulur (saudara-saudara,red) .Dulur yang di Kalimantan bagaimana, dulur yang di Timor bagaimana.Malam ini kita ajak bertemu, sehingga besuk pagi itu kita sudah siap dan yang ada di pikiran kita (saat Rakernas, red) adalah apike piye (baiknya bagaimana, red) SH Terate.

Saya perlu tegaskan, SH Terate sampai sekarang masih solid. Kita ini satu dan menyatu. Saya paling takut (sempat khawatir, red), begitu saya dilapori di internet, (katanya) SH Terate makin panas. Itu tidak bener. Misi SH Terate itu hanya satu, paseduluran (persaudaraan,red). Tolong, SH Terate jangan di bawa kemana-mana. Tapi kita ada di mana-mana. (selengkapnya silakan akses ke www.shteratecantrik.blogspot.com)

Jadi dari dulu kita satu. Sejak dari lahir SH Terate paseduluran. Tujuannya, sederhana, ikut mendidik menjadikan orang itu berbudi luhur,beriman bertaqwa kepada Tuhan YME. Allah swt. Jadi tidak ada tujuan yang lain.

Ilmunya sederhana, mengenal diri sendiri. Dengan mengenal diri sendiri sebaik-baiknya, kita tidak akan sulit mengenal orang lain.Dalam arti kata, kita tidak boleh sombong. Di hadapan kita sama. Orang lain punya kekurangan, kita punya kekurangan. Dia punya kelebihan kita punya kelebihan. Tapi nasib tidak sama.Kalau kita memahami betul ajaran ini, SH Terate tetap utuh.

Mengapa saudara-saudara baru dikumpulkan sekarang? Kalau saya kumpulkan beberapa waktu yang lalu, waktunya saya pandang belum tepat. Setelah kita mendapatkan hak paten, berarti apa yang kita inginkan itu adalah satu. Di Madiun yo gene, di Irian yo ngene, di Sumatra ya begini, di Kalimantan ya begini. Sename podho, juruse podho, yen sambung yo ngono kuwi, pasang yo ngono (Senamnya sama, jurusnya sama, kalau sambung ya begitu, pasangnya juga begitu,red).

Nek pencak bedo-bedo. Mergone enek sing seneng pencak betul, enek sing paseduluran, (Kalau pencaknya, beda-beda. Ada yang suka pencak dengan memperagakan jurus ajaran, ada yang seneng memakai kembangan untuk memperindah gerak dalam sambung persaudaraan,red),
enek sing pancake juru tulis ya Andi kuwi (Andi Casiyem Sudin – Pimred Tabloid Terate, red).

Bagaimana SH Terate itu? SH Terate adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai platform yang sama, yaitu paseduluran. Bergeraknya di dunia pencak silat. Karena itu, syarate dadi wong SH Terate kudu latihan disik (Syarat jadi orang SH Terate harus berlatih pencak dulu, red). Nek ora bisa latihan, karena phisiknya, sing murakabi SH Terate (Kalau ada orang tidak bisa latihan dengan sempurna karena catat phisik, misalnya, red) orang itu disuruh melihat pelatih main senam, jurus, pasangan. Kalau sudah paham betul, bisa disyahkan. Kalau dia tetap tidak mampu memperagakan gerak, karena kendala phisik, kalau memang jiwanya sudah betul-betul tresno (cinta,red) marang Setia Hati, dia berhak disyahkan.

Di situlah bedanya. Terus pencak silatnya bagaimana? Tetap kita urip-urip, kita pertahankan dan kita tingkatkan. Mulai sekarang, saatnya pesilat SH Terate tampil tidak hanya di daerahnya, tapi seluruh negeri, seluruh dunia.

Kalau serakang misalnya, SH Terate Kalimantan Timur, untuk mendukung pelatih pencak silat di sana ngebon dari daerah lain, saya terimakasih. Tapi, dengan mendatangkan pelatih SH Terate dari daerah lain, Kalilmantan Timur makin baik.

Untuk itulah sdr sekalian yang saya hormati, mari kita merenung, menelusuri apa yang ada di internet. Saya memang tidak pinter internet. Tapi saya dapat informasi, lalu lintas berita itu deras banget. Saya minta saudara-saudara selektif. Kalau bisa, baca dan ambil tulisan yang bersumber dari pusat. Sing penting cermat. Lebih penting lagi, dulur SH Terate tidak terjebak image bahwa SH Terate ini paguron.

Kenapa bukan paguron? Sejak awal kita dikenalkan paseduluran. Di badge kita saja, di situ tertulis persaudaraan SH Terate. Tidak ada perguruan pencak silat SH Terate. Itu sudah jadi komitmen dari lahir. Ki Hajar Oetomo, dulu dijuluki anak didiknya, Ki Hajar. Hajar itu sama dengan pendidik.

Mengapa melalui pendak silat? Pencak silat merupakan pelajaran baik jasmani maupun rokhani. Pencak silat dipilih sebagai wadah berkumpul, di samping pencak silat itu merupakan benteng untuk menjaga paseduluran.

Jadi jangan dibalik. Pencak silat jadi platform, paseduluran belakangan. Tidak begitu. Kalau begitu, akan buyar pasedulurane.( Akan hancur persaudaraannya,red)

Jadi SH Terate satu organisasi pelestari budaya bangsa. Tapi orangnya, orang yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ibaratnya, kita ini dekat kepada Allah swt.

Kalau SH Terate terlibat perkelahian terus-terusan sampai bertahun-tahun, sebenarnya saya nangis. Dari dulu saya ingatkan aku malah dimusuhi. Saya ajak baik malah dimusuhi.Di kala dulu itu kita terjebak. Tapi alahamdulillah, sudah sikitar empat, lima tahun ini, kita sudah baik.Sama-sama menyadari.

Masyarakat yang tadinya memusuhi sekarang sudah berangsur-angsur, percaya pada SH Terate. Dan sekarang kalau begini, sepertinya gak ada kerjaan. Saudara dari ketua ranting. di Madiun sering guyonan, Ora enek gelut ora enek gawean Mas. Sing latihan sithik ora enek sing belajar pencak. Saya tertawa aja terus mesem.

Solusinya bagaimana? Mari kita berlomba untuk berebut prestasi. Endi siang luwih apik, apik Jakarta opo apik Madiun, opo apik Kalimantan. Saatnya SH Terate berubah, kembali ke jatidiri dan menunjukkan jatidiri. Tapi harus diingat, platformnya adalah prestasi dalam olah raga pencak silat. Yakni sebagai olah raga bela diri adiluhung warisan leluhur yang tetap menjunjung tinggi sopan dan santun. Menjunjung tinggi keluhuran budi.

Kagumi Managemen Pondok Modern Gontor
Saya kagum dengan managemen Kyai Gontor. Beliau berprinsip, 90 Km itu milik Gontor. Saya merenung. Kok begitu. Mulailah saya mencari jawaban, ternyata apa pun di lingkungan Gontor, harus menjadi Gontor. Paling tidak mengerti Gontor, baik sector ekonomi, bidang dakwahnya, bidang agamanya. Kalau punya prinsip begitu, berarti Gontornya sendiri harus baik.

Ternyata betul. Gontor bisa diterima masyarakat karena memang baik. Sekarang melebar ke mana-mana, ajaran kebaikan itu disebarluaskan tamatan Gontor.

Sekarang saya ajak sedulur-sedulurku, di mana pun ada orang SH Terate, masyarakat harus bisa diayomi, bisa mengerti SH Terate. Sehingga keberadaannya dicintai masyarakat. Ibaratnya, orang SH Terate itu jadi bunganya masyarakat, bukan jadi momoknya masyarakat. Itu sesungguhnya yang diinginkan baik oleh pendahulu maupun sampai sekarang.

Sekarang SH Terate satu. Gelem yo gene ora gelem ya ngene (Mau ya begini tidak mau ya begini, red). Ajarannya satu. Nggak ada ajaran di pusat beda dengan di bawah ndak. Semua sama. Jadi kalau SH Terate ini di Tangerang atau di daerah lain, misalnya untuk pengamanan, kemudian cabang itu membentuk pasukan, saya jadi ngguyu, enek ketua umum dilatih karo ketua cabang. Itu dulu, oke bisa kita maklumi. Sekarang, apakah pembentukan pasukan keamanan itu dibutuhkan?

Kalau saya katakan bisa iya bisa tidak. Tergantung situasi. Nah kalau saudara SH Terate ini sudah guyub rukun, kita bentuk satu lembaga pendidikan, yang mengajarkan beladiri praktis, kita jual, boleh. Tapi itu bukan SH Terate. Lembaga pendidikan beladiri praktis yang didirikan oleh SH Terate. Misalnya, melatih calon petugas keamanan, atau Satpam untuk memberikan ketrampilan pada masyarakat yang pada gilirannya bisa dijadikan bekal melamar kerja. Mendapatkan kesempatan untuk memperoleh penghasilan.

Beberapa waktu lalu, ada yang kita bentuk Dewan Harkat Martabat. Saat itu memang dibutuhkan. Tapi kalau kita renungkan lebih dalam lagi, sesuai dengan era sekarang ini, akan muncul pertanyaan, lho orang SH Terate kok diawasi SH Terate. Berarti orang SH Terate tidak bisa berbuat baik. Itu image yang muncul. Terus bagaimana keberadaan Dewan Harkat dan Martabat? Tetap ada, tapi fungsinya harus kita kaji lebih dalam dan lebih disempurnakan lagi.

Untuk itulah saudara SH Terate sekalian, kita bertemu di sini. Maksud saya kalau bertemu begini ya jangan mengelompok. Harus berbaur. Di SH Terate, setelah saya sadar di SH Terate harus dibentuk tiga kelompok pilar pendidik. Satu kelompok dewan, itu yang mengurusi misi organisasi. Jadi yen wani dadi dewan (kalau berani jadi dewan, red) kudu wani ndadekake wong ( harus sanggup menjadikan orang, red) SH Terate, yang tidak ngeri menjadi ngerti. Jangan dicampur aduk tidak karuan. Tapi aturan mainya harus jelas.

Sisi lain, pilar pendidik pencak silat. Iki dibidani wong sing seneng pencak silat. Nanti kalau raker (rapat kerja, red) teknik, peserta harus benar-benar dipilih wong sing seneng pencak silat (warga yang senang pencak).Sing tuwek-tuwek ( yang sudah tua, red) seperti saya, Pak Cip dan yang lain, wis ora kanggo (melihat dan merestui saja,red) . Umur paling pol 25 – 30.

Pada sector ini, harus disadari oleh semua pihak, pencak silat di SH Terate itu juga terbagi menjadi beberapa jenis. Ada pencak silat ajaran, yang terdiri dari senam jurus, ada pencak silat bela diri untuk bertanding dan ada pencak silat seni. Gurunya juga harus dibeda-bedakan. Sepesifikasi. Ndak mungkin guru satu merangkap banyak nggak mungkin. Misalnya Sipit itu wong pinter. Tapi diubek-ubekono, Sipit iku urusane seni pencak silat. Ya bisa bertanding, tapi urusane seni ya seni. Ndak mungkin Sipit, dipindah ke bela diri. Ini harus disadari semua pihak. Organisasi, noto organisasi yang baik.

Jadi SH Terate itu tidak terpecah-pecah. Tapi spesialis-spesialis. Ini yang disadari. Kalau saat sekarang nanti, kita menyamakan persepsi. Ditindaklanjuti penataran khusus di bidang teknik. Kita bersama kali ini penataran di bidang rokhani.

Tapi kalau penataran-penataran itu, dijalankan, itu melalui studi dulu. Begitu penataran harus membuahkan hasil yang baik. Platromnya sama, siap SH Terate Cup. Kalau sekarang SH Terate Cup yang sekadar kumpul saja. Bukan meremehkan. Kalau memamg SH Terate Cup, apa kontribusi pada pesilat. Apa memang hanya kumpul sambung persaudaraan, apa ada agenda yang lain.Jadi segala sesuatu kalau kita mengadakan, harus membawakan hasil.

Saya mengharapkan dengan sangat, dalam Rakernas besuk pagi, saudara meluluhkan hati, saya orang SH Terate. Mengapa pakai nama SH? Kita ini mau tidak mau aliran SH. Tapi kita bukan SH tapi kita orang Terate. Ilmunya jangan dikira dari import, tidak. Ilmunya ilmue SH. Tapi kita orang Terate bukan orang SH.

Jadi kalau ada orang mengatakan, ini SH yang asli, silakan. Itu urusan mereka. Kita tidak ikut campur. Ndak ada yang hebat. Semua sama. Ada promosi, ini yang asli. Kalau saya tertawa. Kalau asli opo iso ngilang. Ndak, sama.

Tapi kita bangga. SH Terate lahir dari seorang pejuang Perintis Kemerdekaan. Berarti jiwa kita ini jiwa berjuang. Berjuang, kalau sekarang, mengisi kemerdekaan. Mari berlomba, apik-apikan. Apik kamu atau apik saya, di mata masyarakat. Itu jiwa seorang SH Terate.

Kalau memang orang SH Terate baik, namanya baik, masyarakat pasti akan memilih orang SH Terate karena baik. Saudara ingat Gongtor, dimana pun Gontor itu dinilai baik karena Gontor baik. Didikannya memang didikan baik.

SH Terate, dulu itu idolanya masyarakat. Tapi kita terjebak, terseret arus sampai lupa, hebat-hebatan, dan tanpa sadar dampaknya justru menjadikan SH Terate rusak. Maka sekarang mari saatnya kita kembali ke jatidiri SH Terate.

Ternyata SH Terate hanya mengemas paseduluran.Bentengnya adalah pencak silat. Alirannya aliran SH. Kalau ini dipahami semua pihak, SH Terate orang yang penuh sopan dan santun. Misalnya, saat kita berpapasan dengan orang yang lebih tua pada waktu pagi hari, kita menyapa dengan santun, Sugeng enjang Mas (Selamat Pagi, Mas). Atau kalau bertemu dengan orang yang lebih muda kita pun tidak segan-segan menyapa lebih dulu, Sugeng enjang Dik (Selamat Pagi, Dik). Sugeng dalu Pak. Jika kita mampu berbuat seperti ini, kita pasti akan dihormati disegani, disenengi.

Sebab salah satu ajaran SH Terate adalah menjadikan seseorang dihormati, disegani dan juga ditakuti. Bukan ditakui karena bolonya (temannya, red) banyak. Misal, orang kalau sama saya wedi (takut) karena bolo saya banyak. Tapi saya tidak mau diwedeni, saya cukup disenangi dan disegani. Ini sesungguhnya yang kita inginkan. Semua pihak, saya yakin bisa menyadari. Drajat pangkat apa pun yang disandang, itu hanya sementara. Pada saatnya, kenek goro-goro, sing sugih sing mlarat, sing dibacok gak tedas, halah, amblege gunun gak iso apa2.(Pada saatnya, jika allah menurunkan bencana, yang kaya, miskin, sakti, seketika berubah tak berdaya,red).

Di SH Terate dididik juga untuk dekat Yang Maha Kuasa. Contone mori, kita disyahkan pakai mori. Mori itu tandanya orang SH Terate pasrah. Siap sewaktu-waktu dipanggil Yang Maha Kuasa. Untuk dikafani.

Berarti, setiap saat kita bertindak, kita harus baik. Eling-eling nek sawayah-wayah dipundut sing kuasa (Ingat bahwa sewaktu-waktu kita dipanggil Yang Maha Kuasa, red) kita tidak bisa apa-apa. Itu SH Terate.

Orang tingkat dua, mengesahkan berhak semua mengesahkan. Itu dulu. Sekarang kita teliti dulu. Perilakunya orang tingkat dua mestine melebihi orang yang tingkat I. Perilaku sehari-hari, apalagi perilaku dia nantinya jadi panutan. Nek ngesahake, pandang mata kiri saya. Dari sini, orang SH Terate harus menyadari memperbarui, semuanya. Kalau saya mengatakan.

Kalau semuanya sudah lilih, luluh, watak sifat dengan jiwa SH Terate, jiwa kita jadi tenang dan seneng. Arep opo ae seneng. Misalnya, lihat pertandingan. Juaranya soko ngendi kae, ko Kalimantan Timur. Alhamdulillah, juarane ko Kalimantan Timur. Enek dulure sing ngopeni.

SH Terate tempat kita dididik, sesudah itu kita sebar. Sing seneng mlebu militer, militer, pns-pns, sing seneng dagang seneng dagang. Saya terus terang mimpin SH Terate ini kalau saudara ketahui boleh dikatakan saya ini slalu enomorsatukan SH Terate. Saya buktikan dulu SH Terate. Kalau tidak saya dianggap cerewet ae. Saya memang bergerak, setelah saya dirikan padepokan. SH Terate saya ajak masuk ke sector ekonomi. Sektor kita ini boleh dikatakan manembah kepada Tuhan YME. Saya masuk ke sector pendidikan. Saya masuk ke sector kesehatan.

Bangunan yang kini dimanfaatkan untuk Hotel Merak tadinya akan saya beruntukkan rumah sakit. Saya rubah jadi hotel. Sektor agama saya bangun mushola. Pendidikan ada. Satu sector kuburan (makam) , tak tawakne ora enek sing wani (saya tawarkan tidak ada yang berani) . Tapi saya menyadari wong urip itu akhirnya ke situ. Saya mulai menyadari, SH Terate lahir di Pilangbango, dibesarkan mulai besar di Paviliun, itu tidak bisa kita minta. Wong SH Terate ora ono sing kuasa ning kabupaten, Akhirnya SH Terate melanglang buana.

Beliau almarhum Mas Imam dimakamkan di Taman. Saya sebagai penerus, melahirkan lahirlah Padepokan ini.Saya mempunyai keinginan di Padepokan ini segalanya ada. Kuburan tak seleh ning kono (Makam akan saya siapkan). Biar pun saya dihalangi, karena itu pemikiran kami, saya akan menyiapkan lahan.

Jadi karena saya menyadari sirkulasi kehidupan, dari kecil kemudian kita menjadi seorang kesatria, madeg ratu, madeg pinandito, mati. KUwi mesti. Gelem ora gelem ya ngene iki. Itu ajaran SH Terate. Soal ning donya polah, tapi diaweri-aweri aku wong SH Terate. Jadi tidak akan brutal seenaknya. Saiki gagah ganteng, sepuluh tahun engkas durung karuan. Podho deyek-deyek.

Lha sekarang ini kumpul. Ini lho SH Terate tak bangun. Tak bagi. Kalau sudah dibagi ayo sekarang dibagi bareng. Sing urusan pencak ya pencak, he Mas Sakti, urusen pencak silat. Sudah.

Kita tingggal keplok. Nek elek ya dieleingake. Jadi tidak akan ada, ketua itu segala-galanya. Tidak. Jadi itulah sdr sekalian apa yang ada di SH Terate sehingga kita sebg orang SH Terate merasa bangga. Kalau sekarang saya ikut nanggung. Kalau bisuk saya ikut nangia. Kalau besuk apa yang kita inginkan tidak tercapai.

Kalau dulu izin itu sampai ke pusat. Sekarang sampai ke Polda. Kalau izin cukup di Polwil. Saya lebih bangga. Berarti SH Terate sudah bisa lebih dipercaya.

Karangan bunga itu dari SH Terate. Alangkah bahagianya kalau karangan bunga itu dari masyarakat. Berarti SH Terate diterima masyarakat. Ukurannya itu.Jadi sesungguhnya kita bisa diukur dari sini. Kalau ingin ada respek dari masyarakat, beraarti SH Terate harus lebih baik.

Itulah saudara sekalian. Saatnya kini mari kita kembali kepada jati diri. Wong paseduluran apik, ning masyarakat jadi panutan yang baik, tujuan jelas baik. Gak perlu digembor-gemborkan. Ilmunya sangat sederhana, bergerak melalui pencak silat.
Di pencak silat dididik orang itu berbudi luhur sampai ikut memayu hayuning bawono. Ini jangan jadi omongan jangan jadi slogan saja tapi kita amalkan. Rentetan terakhir sik diawer-aweri falsafah SH Terate.

Di mana falsafah SH Terate itu mengajak kita ini ibaratnya tak kenal menyarah. Menyerah kamusnya tidak ada. Masalah yang ada di dunia itu adalah kekasih yang paling mulia. Itu hanya tantangan. Ora usah ngrebut bener, tapi kita memahami betul kebenaran. Kebenaran sendiri apa kebenaran umum yang kita anut. Kebenaran SH Terate tapi diakui umum.

Kalau memahami ini gak sekarepe dewe. Buktine apa, gendhinge apa, apa nyemek apa kebo giro, itu tinggal kita yang ngatur. Lha akhirnya orang mencari SH Terate itu. Keberhasilan SH Terate. Bukan SH Terate yang ngrepek-ngrepek.Tapi SH Terate dicari.Nek SH Terate ngrepek-ngrepek jabatan, saya nangis. Kita harus mampu menunjukkan sampai SH Terate itu dibutuhkan di lingkungan masing-masing, apa itu RT, apa ketua rw, apa itu lokal, regional sampai nasional.

Kalau semua pola pikir orang SH Terate begitu, saya yakin, cita-cita pendiri akan merasa bangga. Untuk itu sdr sekalian, karena kita sudah lama tidak ketemu untuk kangenan. Nek kangenan nglompok dewe, yang adalah mung ngono wae.

Kalau ada informasi di internet, kalau itu sumbernya tidak dari pusat, saya boleh ngatakan itu tidak bener. Tapi saya boleh katakan bener. Tapi hati-hati.

Rakernas itu gini lho. Semula saya mengajak satu orang. Pucuk-pucuk pimpinan.Dimana menurut pemahaman kami, pucuk pimpinan itu harus satu kata, sata bahasa, satu gerak.

Jadi SH Terate itu tempat didikan, sesudah itu lepas dia bergerak sendiri-sendiri.Ibaratnya satu kumpulan himpunan pengusaha Terate bergerak di khusus percetakan bisa.Jadi orang SH Terate diajak apa saja bisa. Jadi tidak murni pencak, ilmu ae. Jadi saudara-saudara SH Terate itu saya ajak untuk spesialisasi. Lha nek kumpul ngene, jadi ajang ayo pencak iso opo ora.

Soal idealisme, saudara sekalian, ini adalah Rakernas pertama kali setelah adanya hak paten. Didikan rokhani akan berlanjut di pusat. Kalau teknik bisa di luar daerah. Tapi kerokhanian harus diformat di pusat. Soal organisasi bisa ditata di manapun.

Wassalamualaikum wr wb.

(Disunting dari Wasiat Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, pada temu kadeng pra Rakernas SH Terate 2009, di Padepokan Jl, Marak, Madiun, 16 Oktober 2009. Tulisan ini sengaja diturunkan sesuai dengan aslinya, untuk mengurangi kekeliruan pemahaman ajaran)