Minggu, 17 Juli 2011

Perguruan Setia Hati Winongo VS Perguruan Setia Hati Terate Madiun

RIWAYAT KI NGABEHI SOERODIWIRDJO

PENCIPTA “SETIA HATI”

1869 Ki Ngabehi Soerodiwirjo (nama kecilnya Masdan) lahir pada hari Sabtu Pahing. Beliau merupakan keturunan dari Bupati Gresik-Surabaya.

Ayahnya bernama Ki Ngabehi Soeromiharjo sebagai Mantri Cacar Ngimbang (Lamongan) yang mempunya 5 (lima) putera yaitu:

1. Ki Ngabehi Soerodiwirjo (Masdan)

2. Noto (Gunari), di Surabaya

3. Adi (Soeradi), di Aceh

4. Wongsoharjo, di Madiun

5. Kartodiwirjo, di Jombang

Saudara laki-laki dari ayahnya bernama R.A.A. Koesoemodinoto menjabat sebagai Bupati Kediri. Seluruh keluarga ini adalah keturunan dari Batoro Katong di Ponorogo, Putra Prabu Brawijaya Majahapit.

1883 Pada saat itu tersebut Ki Ngabehi Soerodiwirjo lulus sekolah rakyat 5 tahun (umur 14 tahun). Selanjutnya beliau ikut Üwonya”Mas Ngabehi Soeromiprojo, yang menjabat sebagai Wedono Wonokromo, kemudian pindah dan menjabat lagi sebagai Wedono Sedayu-Lawas, Surabaya.

1884 Pada tahun tersebut beliau telah berumur 15 tahun dan magang menjadi Juru Tulis op het Kantoor van de Controleur van Jombang. Sambil belajar mengaji beliau belajar Pencak-Silat yang meupakan dasar dari kegemaran beliau untuk memperdalam Pencak-Silat dimasa-masa berikutnya.

1885 Pada tahun berikutnya, dimana usia beliau telah menginjak 16 tahun, beliau magang di kantor Kontrolir Bandung, dan dari sini beliau belajar Pencak-Silat dari Pendekar-pendekar Prinangan, sehingga didapatlah jurus-jurs seperti:

² Cimande

² Cikalong

² Cipetir

² Cibeduyut

² Cimelaya

² Ciampas

² Sumedangan

1886 Pada usia 17 tahun beliau pindah ke Betawi (Jakarta), dan disana beliau memanfaatkan untuk memperdalam Pencak-Silat, akhirnya sampai menuasai jurus-jurus seperti:

² Betawen

² Kwitang

² Monyetan

² Permainan Toya (Stok spel)

1887 Pada usia 18 tahun beliau ikut Kontrolir Belanda ke Bengkulu, disana beliau belajar Pencak-Silat yang mana gerakannya mirip seperti jurus-jurus di daerah Jawa Barat. Pada pertengahan tahun tersebut beliau ikut Kontrolir Belanda pindah ke Padang, dan tetap bekerja pada bidang pekerjaan yang sama. Di darah Padang Hulu dan Padang Hilir, beliau tetap memperdalam pengetahuannya di bidang Pencak-Silat, dimana gerakannya berbeda bila dibandingkan dengan permainan Pencak-Silat dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di darah yang baru ini, Pencak Silat merupakan salah satu permainan kegemaran rakyat dan merupakan kebudayaan rakyat setempat.

Selanjutnya beliau berguru kepada seorang pendekar dan guru ilmu kebatinan yang bernama Datuk Raja Betua, dari kampung Alai, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Pendekar ini merupakan guru beliau yang pertama kali di daerah Sumatra Barat. Datuk Raja Betua mempunyai seorang kakak yang bernama Datuk Penghulu, dan adiknya bernama Datuk Batua, dimana ketiganya adalah pendekar-pendekar yang termasyur dan dihormati masyarakat.

1897 Pada umur 28 tahun beliau jatuh cinta kepada seorang gadis Padang. Puteri dari seorang ahli kebatinan yang berdasarkan agama Islam (Tasawuf). Untuk mempersunting gadis ini beliau harus memenuhi bebana, dengan menjawab pertanyaan dari gadis pujaannya yang berbunyi “SIAPAKAH SESUNGGUHNYA MASDDAN” dan “SIAPAKAH SESUNGGUHNYA SAYA INI ?” (gadis pujaan itu ?). Karena beliau tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan pikirannya sendiri, maka beliau berguru kepada seorang ahli Kebatinan yang bernama Nyoman Ida Gempol. Adalah seorang Punggawa Besar dari Kerajaan Bali yang di buang Belanda ke Sumatra (Padang), dan di kenal dengan nama Raja Kenanga Mangga Tengah (Bandingkan dengan nama Desa Winongo – Madiun – Tengah – Madya).

Kemudiaan pada tahun yang sama beliau belajar Pencak-Silat kepada Pendekar Datuk Raja Betua, selama 10 (sepuluh) dan memperoleh tambahan jurus-jurus dari daerah Padang, yaitu:

² Bungus (uit de haven van Teluk Bayur)

² Fort de Kock

² Alang – Lawas

² Lintau

² Alang

² Simpai

² Sterlak

Sebagai tanda lulus beliau mempersembahkan pisungsun yang berupa Pakaian Hitam komplit.

Selanjutnya, Ilmu Kebatinan yang diperoleh dari Nyoman Ide Gempol dipersatukan dengan Pencak-Silat serta Ilmu Kebatinan yang didapat dari Datuk Raja Betua, dimana olel Ki Ngabehi Soerodiwirjo digabungkan menjadi Ilmu dari PERSAUDARAAN “SETIA-HATI” WINONGO MADIUN.

v PERkimpoiAN

Akhirnya bebana yang diminta gadis pujaan beliau dapat dijawab, dengan menggunakan ilmu dari Persaudaraan “Setia-Hati” tersebut diatas. Dengan demikian beliau berhasil mempersunting gadis Padang, putri dari seorang ahli Tasawuf. Dari perkimpoian ini, beliau belum berhasil mendapatkan keturunan.

1898 Pada usia 29 tahun, beliau bersama istrinya pergi ke Aceh, dan bertemu adiknya (Soeradi) yang menjabat sebagai Kontrolir DKA di Lho Seumawe.

Di daerah ini beliau mendapatkan jurus::

² Jurus Kucingan

² Jurus Permainan Binja

Pada tahun tersebut, guru beliau Guru Besar Raja Kenanga Mangga Tengah O.G. Nyoman Ide Gempol diizinkan pulang ke Bali. Ilmu beliau dapat dinikmati oleh Saudara-saudara “S-H” dengan suatu motto::

“GERAK LAHIR LULUH DENGAN GERAK BATIN”

“GERAK BATIN TERCERMIN OLEH GERAK LAHIR”

1900 Ki Ngabehi Soerodiwirjo kembali ke Betawi bersama isteri, dan beliau bekerja sebagai Masinis Stoom Wals. Kemudian Ki Ngabehi Soerodiwirjo bercerai, dimana Ibu Soerodiwirjo kembali ke Padang, dan beliau pindah ke Bandung.

1903 Beliau kembali ke Surabaya dan menjabat sebagai Polisi Dienar hingga mencapai pangkat Sersan Mayor. Di Surabaya beliau dikenal keberaniannya dalam memberantas kejahatan. Kemudian beliau pindah ke Ujung, dimana sering terjadi keributan antara beliau dengan pelaut-pelaut asing

1903 Beliau mendirikan Persaudaraan “SADULUR TUNGGAL KECER – LANGEN MARDI HARDJO” pada hari Jum’at Legi 10 Syuoro 1323 H.

v PERkimpoiAN KE II

1905 Untuk kedua kalinya beliau melangsungkan perkimpoian dengan Ibu Sarijati yang saat itu berusia 17 tahun, dan diperoleh putera dari perkimpoiannya sebanyak 3 (tiga) orang putera dan 2 (dua) orang puteri, dimana semuanya meninggal sewaktu masih kecil..

1912 Beliau berhinti dari Polisi Dienar bersamaan dengan meluapnya rasa kebangsaan Indonesia, yang dimulai sejak tahun 1908. Beliau kemudian pergi ke Tegal dan ikut seorang paman dari almarhum saudara Apu Suryawinata, yang menjabat sebagai Opzichter Irrigatie.

1914 Beliau kembali lagi ke Surabaya dan bekerja pada D.K.A. Surabaya. Selanjutnya beliau pindah ke Madiun di Magazijn D.K.A. dan menetap di Desa Winongo Madiun.

1917 Persaudaraan “DJOJOGENDOLO CIPTO MULJO” diganti nama menjadi Persaudaraan “SETIA-HATI” Madiun.

1933 Beliau pensiun dari jabatannya dan menetap di desa Winongo Madiun.

1944 Beliau memberikan pelajaran yang terakhir di Balong Ponorogo (Saudara Koesni cs dan Soerjatjaroko) Kemudian beliau jatuh sakit dan akhirnya wafat pada hari Jum’at Legi 10 November 1944 jam 14:00 (Bulan Selo tanggal 24 tahun 1364 H), di rumah kediaman beliau di Winongo. Dimakamkan di Pesarean Winongo dengan Kijing batu nisan granit, serta dikelilingi bunga melati.

“SEMOGA ARWAH BELIAU DITERIMA DISISI TUHAN YANG MAHA ESA”

Sehabis pemakaman dibacakan ayat Suci Al Qur’an oleh Bapak Naib Jiwan untuk memenuhi pesan terakhir Ki Ngabehi Soerodiwirjo sebelum wafat dan diambilkan ayat “Lailatul Qadar” (Temurunnya Wahyu Illahi)

CATATAN: ada wahyu yang loncat dan akan temurun pada waktunya.

PESAN BELIAU SEBELUM WAFAT ADALAH:

1. Jika saya sudah pulang ke Rachmatullah supaya saudara-saudara “Setia-Hati” tetap bersatu hati, tetap rukun lahir bathin.

2. Jika saya meninggal dunia harap saudara-saudara “S-H” memberi maaf kepada saya dengan tulus-iklas..

Saya titip ibunda Nyi Soerodiwirjo selama masih di dunia fana ini..

Surat Yasin ayat 1 : Yasien Yasien “Allah saja yang mengetahui maksudnya”

Surat Yasin ayat 58: Salaamun Qaulam mir Rabir-Rahiem “Selamat Sejahtera itulah seruan Allah Yang Maha Pengasih”.

Asalnya: Bapak Soewarno, Pencak Silat Dalam Tiga Zaman

Rambik

Senjata khas Madiun

1903 VS 1922

News

Para pendekar yang diamankan

Peringatan Malam Suro Diwarnai Tawuran, 13 Pendekar Diamankan

Madiun – Menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro dan Hijriyah 1 Muharram di Kota Madiun diwarnai tawuran antara pendekar silat dari Perguruan Silat Terate (PSHT) dengan puluhan pemuda di Kota Madiun, Senin (29/12/2008) dinihari. Dari tawuran tersebut, polisi mengamankan 13 pendekar.

Ribuan pendekar pencak silat dari PSHT menggelar konvoi memperingati dan menyambut malam Tahun Baru Jawa 1 Suro dan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1430 H di Kota Madiun sejak Minggu sore hingga Senin (29/12/2008) dinihari. Selain itu, mereka juga berziarah di makam leluhurnya pendekar Terate di kawasan Kelurahan Pilangbangu dan Taman.

Usai berziarah, konvoi pendekar Terate itu dihadang puluhan pemuda di depan kantor PLN Manisrejo. Mendapat hadangan itu, sebagian pendekar turun dari mobil pick up dan mengambil bebatuan yang ada di sekitar lokasi dan melemparkan ke sekumpulan pemuda yang menghadangnya.

“Dalam aksi tersebut tidak ada korban jiwa. Tapi kita sudah mengamankan 13 pemuda yang diduga terlibat tawuran, bebatuan dan satu unit mobil pickup,” kata Kasat Reskrim Polresta Madiun AKP Eko Rudianto kepada detiksurabaya.com, Senin (29/12/2008).

Penangkapan 13 pemuda dari pendekar PSHT dilakukan di petugas dari Polsek Wungu. “Saat ini mereka masih kami mintai keterangan,” tambahnya.

Sementara Supangat (25) salah satu pendekar PSHT yang diamankan di Mapolresta Madiun, mengatakan dirinya tidak ikut terlibat tawuran, karena berada di atas mobil bersama 10 rekan lainnya. “Rombongan kita tidak tahu kalau di depan tawuran. Lah wong kita naik pick up di belakang,” katanya kepada detiksurabaya.com.

Dari pantauan detiksurabaya.com, pasca tawuran, aparat kepolisian saat ini masih terus melakukan patroli di jalan-jalan protokol. Terutama yang menuju malam leluhur PSHT kawasan Kelurahan Pilangbangau kecamatan Kartoharjo dan Kelurahan/Kecamatan Taman.

Sebelum tawuran, poisi menggelar razia terhadap pengguna kendaraan terutama pengendara motor. Dari razia tersebut, polisi mengamankan 8 pengendara motor yang kedapatan membawa barang bukti senjata tajam berupa pisau bandek.

Ribuan Pendekar Winongo Konvoi, Madiun Mencekam

Madiun – Suasana mencekam tampak di berbagai sudut Kota Madiun, Jawa Timur pada Minggu (4/11/2007). Sedikitnya 1.000 personel kepolisian dengan senjata laras panjang
berjaga-jaga di sepanjang jalan utama dan tempat keramaian di Kota madiun.

Pada hari ini, sedikitnya ribuan pendekar dari Perguruan Silat Persaudaraan Setia Tunas Muda (Winongo) melakukan halal bihalal yang dipusatkan di Desa Winongo, Kecamatan Mangunharjo, Kota Madiun.

Pengalaman sebelumnya, saat terjadi kerumunan pendekar maka aksi kekerasan, kriminalitas dan bentrok pendekar antar perguruan silat Winongo dan Setia Hati Teratai (SHT) kerapkali terjadi.

Pantauan detiksurabaya.com, setelah melakukan halal bihalal di Desa Winongo, ribuan pendekar Winongo kemudian melakukan konvoi dengan menggunakan sepeda
motor disepanjang jalan di Kota Madiun. Para pendekar tersebut memadati jalan dengan tidak mengindahkan peraturan lalu lintas dan meneriakkan yel-yel tentang
Winongo.

Walaupun aparat kepolisian tetap melarang mereka melakukan konvoi di jalan-jalan utama, namun tampaknya ribuan pendekar tetap melakukan konvoi di jalan utama
antara lain Jalan Pahlawan, Agus Salim dan melewati bundaran alun-alun Madiun. Akibat hal ini, Kota Madiun macet selama tiga jam lamanya.

Mengantisipasi jumlah pendekar yang melakukan konvoi semakin besar aparat kepolisian melakukan sweeping diberbagai jalan perbatasan Kota Madiun dengan daerah lain. Mereka yang memakai seragam kebesaran Winongo yang berpakaian hitam dilarang memasuki Kota Madiun.

Data yang dihimpun detiksurabaya.com, personel kepolisian yang dikerahkan berasal dari Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Madiun, Polresta Madiun,
Polres Ngawi, Magetan dan Kepolisian Wilayah (Polwil) Madiun.

Konvoi dan kerumunan massa di sepanjang kota Madiun akhirnya bubar dengan sendirinya setelah petugas kepolisian berhasil memecahkan rombongan konvoi menjadi dua bagian dan digiring menuju keluar dari Kota Madiun.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Madiun, AKP Tjanu mengatakan, belum ada pendekar yang diamankan pihaknya karena telah melakukan aksi kriminalitas saat
konvoi berlangsung.

“Kami akan menahan mereka jika kami melihat ada yang melakukan aksi pelemparan, penjarahan atau tindakan kriminalitas lainnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, jika pengamanan ketat Kota Madiun akan dilakukan hingga besok untuk menghindari terjadinya bentrok pendekar antar perguruan silat.

Konvoi Pendekar Setia Hati, 2 Rumah Rusak

Magetan – Beberapa orang yang mengaku pendekar dan memakai pakaian dari Perguruan Silat Setia Hati Teratai (SHT) berupaya melakukan perusakan di rumah-rumah warga yang terletak di Desa Sambirejo dan Madigondo, Kecamatan Takeran, Magetan, Minggu (11/11/2007).

Dengan berkendara sepeda motor, mereka melempar rumah warga setempat dengan batu atau kerikil. Amukan mereka terjadi saat konvoi kepulangan para pendekar setelah menghadiri halal bihalal di Karangjati, Ngawi.

Dampaknya, warga yang berada di wilayah tersebut ketakutan dan memilih berdiam diri di dalam rumah. Rumah-rumah warga dan toko ditutup hingga para pendekar selesai melintas.

Toko-toko yang berada di sepanjang jalan tersebut juga tak luput dari sasaran para pendekar. Mereka berusaha membuka toko dan mengambil berbagai barang dagangan. Namun upaya penjarahan ini digagalkan oleh kepolisian yang sudah berjaga-jaga.

Melihat polisi sudah berjaga-jaga, mereka semakin mengamuk dan melakukan konvoi dengan ugal-ugalan serta tak mematuhi peraturan lalu lintas yang ada.

Sementara pengguna jalan, baik pengendara sepeda motor maupun kendaraan roda empat memilih menepikan kendaraannya agar terhindar dari amukan para pendekar yang pulang dari halal bihalal pendekar teratai se-eks karisidenan Madiun.

Agar bentrokan dan perusakan para pendekar ini terjadi, ratusan polisi yang dikerahkan dari Kepolisian Magetan dan Madiun menutup jalur transportasi hingga para pendekar ini selesai berkonvoi.

“Kami belum menghitung kerugian karena amukan para pendekar tersebut. Karena hingga saat ini suasana belum tenang dan warga memilih berada di dalam rumah,” jelas Humas Pemkab Magetan, Willy Ristanto.

Rusak Rumah Warga, 7 Pendekar Teratai Jadi Tersangka

Magetan – Tujuh pendekar yang berasal dari Setia Hati Teratai (SHT) ditangkap polisi, Senin (12/11/2007). Mereka ditetapkan sebagai tersangka perusakan rumah milik warga di Desa Sambirejo, Kabupaten Madiun dan Desa Madigondo, Kecamatan Takeran.

Kasat Reserse Kriminal Polres Magetan, AKP Suwono kepada detiksurabaya.com, mengatakan akan menjerat para pendekar yang melakukan perusakan dengan pasal tindak pidana.

Demi keamanan, AKP Suwono tidak bersedia menyebutkan nama pendekar yang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Ia menambahkan ketujuh pendekar tersebut berasal dari Desa Tanjung, Suco, Bendo, Kecamatan Bendo serta Desa Kerik Kecamatan Takeran.

“Beberapa dari mereka telah mengakui melakukan pelemparan dan perusakan rumah saat mereka melakukan konvoi setelah menghadiri halal bihalal Teratai,” jelasnya, Senin (12/11/2007).

Suwono mengatakan selain menetapkan tujuh pendekar tersebut sebagai saksi, pihaknya juga meminta keterangan dari sedikitnya dari lima pendekar Teratai yang statusnya masih sebatas saksi.

Menurutnya tindakan para pendekar ini sangat meresahkan warga. Rumah-rumah warga serta pertokoan yang berada disepanjang jalan terpaksa tutup untuk menghindari aksi perusakan, penjarahan dan tindak pidana lainnya.

“Tindakan anarkis sering dilakukan oleh para pendekar. Penetapan tersangka ini semoga menjadi pelajaran bagi para pendekar lain agar tidak melakukan tindakan pidana yang merugikan warga serta dirinya sendiri,” ujarnya




http://zakysyouri.blogspot.com/2010/08/perguruan-setia-hati-winongo-vs.html